Senin, 14 November 2016

  MENGAPA UJUNG JARI HARUS DIBERSIHKAN TERLEBIH DAHULU DENGAN ALKOHOL SEBELUM DITUSUK DENGAN BLOOD LANCET ATAU JARUM ???

JAWABAN : agar jari bersih dan darah nanti tidak tercampur dengan zat zat lain yang dapat menghambat penggumpalan darah

Senin, 07 November 2016


Epitel kubus selapis


Ciri – ciri :
·         Disusun oleh selapis sel yang berbentuk kubus
·         Sitoplasma jernih atau berbutir - butir
·         Inti sel bulat besar di tengah
·         Seperti sarang lebah, jika dilihat dari atas bentuknya segi-lima atau segi-enam
Letak :
·         Terletak di kelenjar keringat dan kelenjar air liur, retina mata, permukaan ovary, dan saluran nefron ginjal, serta pada kelenjar teroid
Fungsi :
·         Lapisan pelindung atau proteksi
·         Tempat penyerapan zat ( absorbsi )
·         Penghasil mucus ( lendir ) atau sekresi
JARINGAN EPITELIUM BATANG BERLAPIS SEMU

v  CIRI – CIRI :
1.      Tinggi sel bervariasi,
2.      Melekat pada membran dasar,
3.      Sel yang tinggi mencapai permukaan apikal epitelium,
4.      Nukleus sel terdapat pada ketinggian yang berbeda,
5.      Terdapat misalnya pada bagian dalam saluran pernapasan, berfungsi mengeluarkan debu yang terperangkap pada lendir dari paru-paru.

v LETAK :
1.      Rongga hidung
2.      Trakea

v FUNGSI :
1.      Proteksi
2.      Sekresi
3.      Gerakan zat melalui permukaan


JARINGAN EPITEL PIPIH SELAPIS
1.    CIRI – CIRI :
a.        Tersusun oleh selapis sel yang berbentuk pipih yang tersusun sangat rapat .
b.        Epitelum pipih selapis bersifat permeabel ( dapat tembus ) untuk dilalui molekul/ion dan ada yang bersifat licin ( contoh : pada pembuluh darah )
c.        Nukleus terletak di tengah
2.    LETAK :
a.        Pembuluh Limfe ( getah bening )
b.        Pembuluh darah kapiler
c.        Selaput pembungkus jantung
d.        Paru-paru (Alvelous)
e.        Ginjal (Kapsul Bowman)
f.         Selaput perut
3.    FUNGSI :
Untuk difusi , osmosis , filtrasi , dan sekresi.
4.  



PERKEMBANGAN DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA , DAN BERNGARA


1.  PROSES MENUJU DEMOKRASIDISEBUT DEMOKRATISASI

2. maksud kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang undang

3.  masa orde lama adalah masa ketika presiden indonesia di jabat oleh Ir. Soekarno

4.  yang dimaksud masyarakat madani adalah masyarakat yang beradabkontrol sosial dari rakyat sangat penting bagi lancarnya pemerintahandemokrasi, apabila masyarakat membantu mengawasi tindaka pemerintah melalui DPR

5.  tujuan utama dari kehidupan yang demokratis adalah adanya masyarakat madani

6.  pernyataan sifat politik yang sangat spesifik dan situsional disebut juga respons politik
KETENTUAN KONSTITUSIONAL KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA INDONESIA


1  warga negara juda dikatakan mempunyai hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya , meskipun yang bersangkutan berdomisili di luar negeri , asalkan dia tidak memutuskan kewarganegaraannya

2.  undang undang kewargaan Republik Indonesia yang berlaku pada saat iniadalah UU No. 12 tahun 2006

3. setiap warga negara mempunyaipersamaan hak ekonomi yang diatur dalam pasal 33 UUD 1945

4.  prinsip nondiskriminasi didalam UUD 1945 TERCANTUM DALAM PASAL 28I

5. kewajiban warga negara dalam pembelaan negara merupakan wujud cinta tanah air dan bangsa

6.  deklarasi yang berkaitan dengan wilayah negara indonesia , pada 13 Desember 1957 adalah Deklarasi Djuanda pada masa pemerintahan liberal

7. UUD NKRI  tahun 1945 dalam menjelaskan rumusan wilayah menganut cara kondisi kewilayahannya sesuai pada pasal 25A

8.  UU yang pertama kali mengatur tentang warga negara RI , yaitu UU No 2 Tahun 1958

9.  hak dan kewajiban warga negara indonesia diatur dalam pasal 27 sampai dengan 34 UUD 1945

10.  seseorang tanpa memiliki kewarganegaraan disebut apatride
PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA


1.  negara menjamin, melindungi , dan mengakui hak asasimanusia berdasarkan atas sifat kodrat manusia

2.  instrumen HAM adalah ketentuan konstitusi tentang HAM

3.  penyelesaian kasusu pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum diundangkan UU No. 26 Tahun 2000 selain melalui pengadilan HAM Ad Hoc juga bisa melalui pengadilan HAM

Jumat, 25 Maret 2016

resep pisang karamel

                     RESEP PISANG KARAMEL ( SAMEL )


bahan :
- kulit martabak
- pisang Raja
- seres

cara
-iris pisang sesuai selera
- taburkan seres
- tutp kulit
- lalu goreng

samel siap dihidangkan

tips belajar

       TIPS BELAJAR WALAU MALAM SERING NGANTUK


         pasti banyaklah orang yang tidak bisa belajar diwaktu malam, karena ketiduran atau masalah lainnya yang mengganggu, inilah beberapa cara yang dapat menyamankan dan waktu yang tepat untuk belajar
1. menyiapkan buku terlebih dahulu si meja belajar sebelum tidur
2. jika mengantuk, segeralah tidur. usahakan tidur sebelum ja 20.30
3. buatlah alarm jam 02.00, lalu bangun dan cuci muka,dianjurkan untuk berwudlu. sebelum memulai belajar usahakanlah untuk shalat tahajud terlebih dahulu, lalu jan 02.45 - 04.00 adalah waktu yang tepat untuk belajar
4. setelah jam 04.00 tidurlah
5. bangunlah kembalipada jam 04.30 untuk melaksankan shalat subuh dan beraktifitas

resep resoles tahu

                    Resep resoles tahu

- bahan : kulit resoles
               tahu
               seledri
               bawang bombay satu siung

- cara    : * lembutkan tahu, lalu campurkan dengan seledri ( dicincang ), dan bawang ( dicincang )
               * tambahkan setengah sendok makan garam, seperempat sendok makan lada, dan seperempat sendok makan bumbu penyedap

Minggu, 20 Maret 2016

STORY OF PATIAYAM


Situs Purbakala Patiayam

Situs Purbakala Patiayam adalah situs purba di Pegunungan Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Sekitar 1.500 fosil ditemukan di Patiayam dan kini disimpan di rumah-rumah penduduk. Sebagian gading gajah ditempatkan di Museum Ronggowarsito Semarang.
Situs Patiayam merupakan bagian dari Gunung Muria. Luasnya 2.902,2 hektare meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Pati. Di gunung ini terdapat makam dan Masjid Sunan Muria, air terjun, motel, penginapan, sejumlah villa, dan warung makan. Jaraknya hanya 18 kilometer dari kota Kudus.
Situs purba Patiayam memiliki persamaan dengan situs purba Sangiran, Trinil, Mojokerto, dan Nganjuk. Keunggulan komparatif situs Patiayam adalah fosilnya yang utuh dikarenakan peimbunan adalah abu vulkanik halus dan pembentukan fosil berlangsung baik. Di sekitarannya tidak terdapat sungai besar sehingga fosil ini tidak pindah lokasi karena erosi. Keadaan ini berbeda dengan situs purbakala lainnya dimana fosil ditemukan pada endapan sungai.
Situs Patiayam merupakan salah satu situs terlengkap. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), fauna vertebrata dan fauna invertabrata. Ada juga alat-alat batu manusia dari hasil budaya manusia purba yang ditemukan dalam satu aeri pelapisan tanah yang tidak terputus sejak minimal satu juta tahun yang lalu.
Secara morfologi situs Patiayam merupakan sebuah kubah (dome) dengan ketinggian puncak tertingginya (Bukit Patiayam) 350 meter di atas muka laut. Di daerah Patiayam ini terdapat batuan dari zaman Plestosen yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba yang terendap dalam lingkungan sungai dan rawa-rawa.
Sejak 22 September 2005 situs Patiayam ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Sebelumnya situs ini sudah lama dikenal sebagai salah satu situs manusia purba (hominid) di Indonesia. Sejumlah fosil binatang purba ditemukan penduduk setempat seperti kerbau, gajah, dan tulang lain. Fosil gading gajah purba Stegodon trigonocephalus merupakan primadona Patiayam.
Rangkaian penelitian telah dilakukan di situs ini, mulai dari tahun 1931 saat peneliti asal Belanda Van Es menemukan sembilan jenis fosil hewan vertebrata. Berikutnya hingga tahun 2007 berbagai penelitian dilakukan dan ditemukan 17 spesies hewan vertebrata dan tulang belulang binatang purba antara lain : Stegodon trigonochepalus (gajah purba), Elephas sp (sejenis Gajah), Rhinocecos sondaicus (badak), Bos banteng (sejenis banteng), Crocodilus, sp (buaya), Ceruus zwaani dan Cervus atau Ydekkeri martim (sejenis Rusa) Corvidae (Rusa), Chelonidae (Kura-Kura), Suidae (Babi Hutan), Tridacna (Kerang laut), Hipopotamidae (Kudanil). Temuan fosil-fosil di Patiayam memiliki keistimewaan daripada fosil temuan di daerah lain karenakan sebagian situs yang ditemukan bersifat utuh.
Dari waktu ke waktu, makin banyak fosil purba ditemukan di situs ini, sehingga perlu dibangun museum khusus sebagai tempat penampungan fosil-fosil temuan. Museum Fosil Patiayam masih sangat sederhana, lokasinya di Desa Terban, Jekulo, Kudus, tidak jauh dari Dome Patiayam. Hingga sekarang terkumpul tidak kurang dari 1.3000 fosil purba berusia antara 700.000 sampai 1 juta tahun.
Selama ini Pemkab Kabupaten Kudus terus menyelamatkan dan melesarikan Situs Patiayam yang merupakan situs Prasejarah ikon masa depan dan bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta untuk penelitian dan ekskavasi.
Perlu di ketahui juga, di Pegunungan Patiayam juga terdapat sebuah goa bernama Goa Patiayam atau Goa Dalem. Banyak orang dari dalam dan luar daerah yang berziarang ke Goa Dalem ini. Untuk sampai ke goa tersebut, kita bisa mencapaikan dari Desa Terban dan Desa Gondoharum (RW IV, dukuh Kaliwuluh) dengan menggunakan kendaraan bermotor dan kemudian berjalan kaki melewati hutan dan jalan setapak

11 CANDI HINDU- BUDHA DI INDONESIA


11 CANDI HINDU- BUDHA DI INDONESIA
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo terletak di selatan Desa Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Letaknya sekitar 200 m dari Candi Barong, sekitar 1 km sebelah barat daya jalan raya Yogya-Solo. Candi Budha ini berdiri menghadap ke barat, menyendiri di lahan pertanian. Pada saat ditemukan, candi ini hanya berupa reruntuhan. Berdasarkan hasil penelitian diperkirakan bahwa Candi Banyuniba terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke Barat dan dikelilingi deretan candi perwara berbentuk stupa, 3 berderet di selatan dan 3 lagi di timur. Di halaman belakang candi terdapat sebuah lubang seperti sumur. Ukuran Candi Banyunibo relatif kecil, yaitu lebar 11 m dan panjang sekitar 15 m. Tubuh candi berdiri di atas ‘batur’ setinggi 2,5 m yang terletak di tengah hamparan batu andesit yang tertata rapi. Selisih luas batur dengan tubuh candi membentuk selasar yang cukup lebar untuk dilalui 1 orang. Dinding dan pelipit atas batur dipenuhi dengan hiasan bermotif sulur dan dedaunan yang menjulur keluar dari sebuah wadah mirip tempayan.  Di setiap sudut kaki candi terdapat hiasan mirip kepala Kala yang disebut ‘jala dwara”. Hiasan ini berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan. Atap candi berbentuk limasan seperti kubah (dagoba) dengan stupa di puncaknya.

2.     Candi Borobudur
Candi Barabudur  terletak di Kabupaten Magelang, sekitar 15 km ke arah Baratdaya Yogyakarta. Candi Budha terbesar di Indonesia ini telah warisan budaya dunia dan telah terdaftar dalam daftar warisan dunia (world heritage list). Lokasi Candi Barabudhur yang merupakan bukit kecil dikelilingi oleh pegunungan Menoreh, G. Merapi dan G. Merbabu di timurlaut, serta G. Sumbing dan G. Sindoro di baratlaut. Candi Barabudhur berdiri di atas bukit yang memanjang arah timur-barat. Candi ini dibangun dari balok batu andesit sebanyak 47,500 m3, yang disusun rapi tanpa perekat, dan dilapisi dengan lapisan putuh ‘vajralepa’, seperti yang terdapat di Candi Kalasan dan Candi Sari. Bangunan  kuno Barabudur berbentuk limas bersusun dengan tangga naik di keempat sisi, yaitu sisi timur, selatan, barat, dan utara. Tangga paling bawah dihiasi dengan kepala naga dengan mulut menganga dan seekor singa duduk di dalamnya. Dugaan bahwa Candi Barabudur menghadap ke timur diperkuat dengan adanya pahatan relief pradaksina ( yang dibaca memutar searah jarum jam), berawal dari dan berakhir di sisi timur. Selain itu, arca singa yang terbesar juga terdapat di sisi timur. Tangga menuju ke tingkat yang lebih tinggi dilengkapi dengan gerbang yang berukir indah dengan kalamakara tanpa rahang bawah di atas ambang pintu. Pada mulanya tinggi keseluruhan bangunan kuno ini mencapai 42 m, namun setelah pemugaran tingginya hanya mencapai 34,5 m. Batur atau kaki candi berdenah bujur sangkar dengan luas denah dasar 123 x 123 m, dilengkapi penampil yang menjorok keluar di setiap sisi. Keseluruhan bangunan terdiri atas 10 lantai yang luasnya mencapai 15, 13 m2. Lantai I sampai dengan lantai VII berbentuk persegi, sedangkan lantai VII sampai dengan lantai X berbentuk lingkaran. Candi Barabudur tidak mempunyai ruangan untuk tempat beribadah atau melakukan pemujaan karena candi ini dibangun untuk tempat berziarah dan memperdalam  pengetahuan tentang Budha. Luas dinding keseluruhan mencapai 1500 m2, dihiasi dengan  1460 panil relief, masing-masing selebar 2 m. Jumlah Arca Buddha, termasuk yang telah  rusak, mencapai 504 buah.  Arca-arca Budha tersebut menggambarkan Budha dalam berbagai sikap.

3.      Candi Bubrah
Candi Bubrah terletak di dalam Kawasan Wisata Prambanan, yaitu di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Tidak banyak informasi yang didapat mengenai candi yang saat ini tinggal berupa ‘batur’ (kaki candi) yang telah rusak dan onggokan batu bekas dinding. Nama ‘Bubrah’ dalam bahasa Jawa berarti hancur berantakan. Tidak jelas apakah candi ini dinamakan Bubrah karena ketika ditemukan kondisinya memang sudah dalam keadaan (bubrah) berantakan atau karena memang itulah namanya. Ukuran Candi Buddha ini relatif kecil dengan denah dasar persegi panjang, memanjang arah utara-selatan. Ukuran tepatnya tidak bisa didapatkan karena reruntuhan candi ini dikelilingi pagar terkunci. Tinggi batur (kaki) candi sekitar 2 m. Sepanjang pelipit atas dihiasi dengan pahatan berpola simetris. Tidak terlihat adanya sisa-sisa relief pada dinding kaki candi. Tangga naik ke selasar di permukaan batur terletak di sebelah timur.

4.      Candi Kalasan
Candi Kalasan terletak di Desa Kalibening, Tirtamani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya sekitar 16 km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Dalam Prasasti Kalasan dikatakan bahwa candi ini disebut juga Candi Kalibening, sesuai dengan nama desa tempat candi tersebut berada. Tidak jauh dari Candi Kalasan terdapat sebuah candi yang bernama  Candi Sari. Kedua candi tersebut memiliki kemiripan dalam keindahan bangunan serta kehalusan pahatannya.
Ciri khas lain yang hanya ditemui pada kedua candi itu ialah digunakannya vajralepa (bajralepa) untuk melapisi ornamen-ornamen dan relief pada dinding luarnya. Menurut Prasasti Kalasan yang ditulis pada tahun Saka 700 (778 M)., dalam Prasasti Kalasan diterangkan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Budha. Bangunan candi diperkirakan berada pada ketinggian sekitar dua puluh meter diatas permukaan tanah, sehingga tinggi keseluruhan bangunan candi mencapai 34 m.
Candi Kalasan berdiri diatas alas berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45×45 m yang membentuk selasar di sekeliling candi. Di setiap sisi terdapat tangga naik ke emperan candi yang dihiasi sepasang kepala naga pada kakinya. Di hadapan anak tangga terbawah terdapat hamparan lantai dari susunan batu. Di depannya kaki tangga dipasang lempengan batu yang tipis dan halus dengan bentuk berlekuk-lekuk. Bangunan candi secara keseluruhan berbentuk empat persegi panjang berukuran 34x 45 m, terdiri atas ruang utama yang berbentuk bujur sangkar dan bilik-bilik yang menjorok keluar di tengah keempat sisinya. Dinding di sekeliling kaki candi dihiasi dengan pahatan bermotif kumuda, yaitu daun kalpataru yang keluar dari sebuah jambangan bulat. Candi Kalasan memiliki 4 buah pintu yang terletak di keempat sisi, namun hanya pintu di sisi timur dan barat yang mempunyai tangga untuk mencapai pintu dan hanya pintu di sisi timur yang merupakan pintu masuk ke ruang utama di tengah candi. Dilihat dari letak pintu utamanya tersebut dapat dikatakan bahwa Candi Kalasan menghadap ke timur. Di sepanjang dinding candi terdapat cekungan-cekungan yang berisis berbagai arca. Diatas semua pintu dan cekungan selalu dihiasi dengan pahatan bermotif Kala. Tepat di atas ambang pintu, di bawah pahatan Kalamakara, terdapat hiasan kecil berupa wanita bersila memegang benda di kedua belah tangannya. Relung-relung di sisi kiri dan kanan atas pintu candi dihiasi dengan sosok  dewa dalam posisi berdiri memegang bunga teratai. Bagian  atas tubuh candi berbentuk kubus yang melambangkan puncak Meru, dikelilingi oleh 52 stupa setinggi, rata-rata, 4,60 m.Sepanjang batas antara atap dan tubuh candi dihiasi dengan deretan makhluk kerdil yang disebut Gana. Atap candi ini berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Tingkat pertama dihiasi dengan relung-relung berisi arca Budha, sedangkan tingkat ke dua dihiasi dengan relung-relung berisi arca Dhayani Budha. Puncak candi sesungguhnya berbentuk stupa .Ruang utama candi berbentuk bujur sangkar dan mempunyai pintu masuk di sisi timur. Di dalam ruangan tersebut terdapat susunan batu bertingkat yang dahulu merupakan tempat meletakkan patung Dewi Tara yang terbuat dari perunggu setinggi enam meter, di belakang susunan batu tersebut terdapat semacam altar pemujaan.

5.     Candi Lumbung
Candi Lumbung terletak beberapa ratus meter di sebelah Selatan Candi Sewu. Candi ini sudah masuk dalam wilayah Kabupaten Klaten, Surakarta. Tidak jelas apakah nama Lumbung memang merupakan nama candi ini atau nama itu hanya merupakan sebutan masyarakat di sekitarnya karena bentuknya yang mirip lumbung (bangunan tempat penyimpanan padi). Bangunan suci Buddha ini merupakan gugus candi yang terdiri atas 17 bangunan, yaitu satu candi utama yang terletak di pusat, dikelilingi oleh 16 candi perwara. Halaman komples Candi Lumbung ini ditutup hamparan batu andesit.

6.     Candi Mendut
Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa barat, sekitar 38 km ke arah barat laut dari Yogyakarta. Lokasinya hanya sekitar 3 km dari Candi Barabudhur, yang mana Candi Buddha ini diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan Candi Pawon dan Candi Mendut. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus arah utara-selatan. Konon candi mendut diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan dengan Candi Borobudur. Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh bangunan candi Mendut diketemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap. Candi Mendut memiliki denah dasar berbentuk segi empat. Tinggi bangunan seluruhnya 26,40 m. Tubuh candi Buddha ini berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 m. Di permukaan batur terdapat selasar yang cukup lebar dan dilengkapi dengan langkan. Dinding kaki candi dihiasi dengan 31 buah panel yang memuat berbagai relief cerita, pahatan bunga dan sulur-suluran yang indah.

7.      Candi Pawon / Brajanalan
Candi Pawon terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi yang mempunyai nama lain Candi Brajanalan ini lokasinya sekitar 2 km ke arah timur laut dari Candi Barabudhur dan 1 km ke arah tenggara dari Candi Mendut. Letak Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Barabudur yang berada pada satu garis lurus mendasari dugaan bahwa ketiga candi Budha tersebut mempunyai kaitan yang erat. Selain letaknya, kemiripan motif pahatan di ketiga candi tersebut juga mendasari adanya keterkaitan di antara ketiganya. Poerbatjaraka, bahkan berpendapat bahwa candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi Barabudur. Menurut Casparis, Candi Pawon merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra ( 782 – 812 M. Nama “Pawon” sendiri, menurut sebagian orang, berasal dari kata pawuan  yang berarti tempat menyimpan awu (abu). Dalam ruangan di tubuh Candi Pawon, diperkirakan semula terdapat Arca Bodhhisatwa, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tataran Bodhisattva, maka dalam candi ditempatkan arca Bodhisatwva. Dalam Prasasti Karang Tengah disebutkan bahwa arca tersebut mengeluarkan wajra (sinar). Pernyataan tersebut menimbulkan dugaan bahwa arca Bodhisattwa tersebut dibuat dari perunggu. Batur candi setinggi sekitar 1,5 m berdenah dasar persegi empat, namun tepinya dibuat berliku-liku membentuk 20 sudut. Dinding batur dihiasi pahatan dengan berbagai motif, seperti bunga dan sulur-suluran. Berbeda dengan candi Budha pada umumnya, bentuk tubuh Candi Pawon ramping seperti candi Hindu. Pada dinding bagian depan  candi, di sebelah utara dan selatan pintu masuk, terdapat relung yang berisi pahatan yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri. Pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu yang menggambarkan Kinara dan Kinari, sepasang burung berkepala manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang. Di langit tampak sepasang manusia yang sedang terbang. Di bagian atas dinding terdapat sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut terdapat pahatan kumuda. Atap candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan beberapa dagoba (kubah) kecil di masing-masing sisinya. Puncak atap dihiasi dengan sebuah dagoba yang lebih besar.

8.      Candi Plaosan
Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, kira-kira 1,5 km ke arah timur dari Candi Sewu. Candi ini merupakan sebuah kompleks bangunan kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu kompleks Candi Plaosan Lor (lor dalam bahasa Jawa berarti utara) dan kompleks Candi Plaosan Kidul (kidul dalam bahasa Jawa berarti selatan). Pahatan yang terdapat di Candi Plaosan sangat halus dan rinci, mirip dengan yang terdapat di Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Sari. Candi Plaosan yang merupakan candi Budha ini oleh para ahli diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu, yaitu pada awal abad ke-9 M. Ada 2 area Candi Plaosan yaitu :
Candi Plaosan Lor merupakan sebuah kompleks percandian yang luas. Di depan (barat) kompleks Plaosan Lor terdapat dua pasang arca Dwarapala yang saling berhadapan, sepasang terletak di pintu masuk utara dan sepasang di pintu masuk selatan. Di pusat kompleks Candi Plaosan Lor terdapat dua bangunan bertingkat dua yang merupakan candi utama. Kedua bangunan tersebut menghadap ke barat dan masing-masing dikelilingi oleh pagar batu. Di ruang tengah terdapat 3 arca Budha duduk berderet di atas padadmasana menghadap pintu, namun arca Budha yang berada di tengah sudah raib. Pada dinding di kiri dan kanan ruangan terdapat relung yang tampaknya merupakan tempat meletakkan penerangan. Relung tersebut diapit oleh relief Kuwera dan Hariti.
Candi Plaosan Kidul terletak di selatan Candi Plaosan Lor, terpisah oleh jalan raya. Bila di kompleks Palosan Lor kedua candi utamanya masih berdiri dengan megah, di kompleks Candi Plaosan Kidul candi utamanya sudah tinggal reruntuhan. Yang masih berdiri hanyalah beberapa candi perwara.

9.      Candi Ratu Baka
Candi Baka terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan atau sekitar 19 km ke arah selatan dari kota Yogyakarta. Kawasan Candi Ratu Baka yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 195.97 m diatas permukaan laut, meliputi dua desa, yaitu Desa Sambirejo dan Desa Dawung.  Situs Ratu Baka sebenarnya bukan merupakan candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu Baka sering disebut juga Kraton Ratu Baka.  Disebut Kraton Baka, karena menurut legenda situs tersebut merupakan istana Ratu Baka, ayah Lara Jonggrang. Kata ‘kraton’ berasal dari kata Ka-ra-tu-an yang berarti istana raja. Diperkirakan situs Ratu Baka dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan ‘pemilik’ tersebut menyebabkan bangunan Kraton Baka dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme. Gerbang masuk ke kawasan wisata Ratu Baka terletak di sisi barat. Kelompok gerbang ini terletak di tempat yang cukup tinggi, sehingga dari tempat parkir kendaraan, orang harus melalui jalan menanjak sejauh sekitar 100 m. Pintu masuk terdiri atas dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam.

10.   Candi Sari
Candi Sari terletak sekitar 10 Km dari pusat Yogyakarta, hanya sekitar 3 km dari Candi Kalasan. Tepatnya candi ini berada di Desa Bendan, Kelurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sesuai dengan nama desa tempatnya berada, Candi ini juga disebut Candi Bendan. Candi Sari berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 17,30 x 10 m, walaupun konon denah dasar aslinya lebih panjang dan lebih lebar, karena kaki yang asli menjorok keluar sekitar 1,60 m. Tinggi keseluruhan candi dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17 – 18 meter. Gerbang candi, yang lebarnya kira-kira sepertiga lebar dinding depan dan tingginya separuh dari tinggi dinding candi, sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanya bekas tempat bertemunya dinding pintu gerbang dengan dinding depan. Relung-relung di sepanjang dinding luar candi, baik di tingkat bawah maupun atas, saat ini dalam keadaan kosong. Diperkirakan, relung-relung tersebut tadinya dihiasi dengan arca-arca Budha.

11.   Candi Sewu
Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Dari kota Yogyakarta jaraknya sekitar 17 km ke arah Solo. Candi Sewu merupakan gugus candi yang letaknya berdekatan dengan Candi Prambanan, yaitu kurang lebih 800 meter di sebelah selatan arca Rara Jongrang. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8, atas perintah penguasa Kerajaan Mataram pada masa itu, yaitu Rakai Panangkaran (746-784 M) dan Rakai Pikatan yang  beragama Hindu. Walaupun rajanya beragama Hindu, Kerajaan Mataram  pada masanya mendapat pengaruh kuat dari Wangsa Syailendra yang beragama Budha. Para ahli menduga bahwa Candi Sewu merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat beragama Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada isi prasasti batu andesit yang ditemukan di salah satu candi perwara. Prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berangka tahun 792 Saka tersebut dikenal dengan nama Prasasti Manjusrigrta. Dalam  prasasti tersebut diceritakan tentang kegiatan penyempurnaan prasada yang bernama Wajrasana Manjusrigrha pada tahun 714 Saka (792 Masehi). Nama Manjusri juga disebut dalam Prasasti Kelurak tahun 782 Masehi yang ditemukan di dekat Candi Lumbung.
Candi Sewu terletak berdampingan dengan Candi Prambanan, sehingga saat ini Candi Sewu termasuk dalam kawasan wisata Candi Prambanan. Di lingkungan kawasan wisata tersebut juga terdapat Candi Lumbung dan Candi Bubrah. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat juga beberapa candi lain, yaitu: Candi Gana, sekitar 300 m di sebelah timur, Candi Kulon sekitar 300 m di sebelah barat, dan Candi Lor sekitar 200 m di sebelah utara. Letak candi Sewu, candi Budha terbesar setelah candi Borobudur, dengan candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu, menunjukan bahwa pada masa itu masyarakat beragama Hindu dan masyarakat beragama Buddha hidup berdampingan secara harmonis.
Nama Sewu, yang dalam bahasa Jawa berarti seribu, menunjukkan bahwa candi yang tergabung dalam gugusan Candi Sewu tersebut jumlahnya cukup besar, walaupun sesungguhnya tidak mencapai 1000 buah. Tepatnya, gugusan Candi Sewu terdiri atas 249 buah candi, terdiri atas 1 candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara, dan 240 candi perwara. Candi utama terletak di tengah, di ke empat sisinya dikelilingi oleh candi pengapit dan candi perwara dalam susunan yang simetris.

PANGKUR WEDHATAMA


Pangkur wedhatama


Mingkar-mingkuring ukara
(Membolak-balikkan kata)
Akarana karenan mardi siwi
(Karena hendak mendidik anak)
Sinawung resmining kidung
(Tersirat dalam indahnya tembang)
Sinuba sinukarta
(Dihias penuh warna )
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
(Agar menjiwai hakekat ilmu luhur)
Kang tumrap ing tanah Jawa
(Yang ada di tanah Jawa/nusantara)
Agama ageming aji.
(Agama “pakaian” diri)
Jinejer ing Wedhatama
(Tersaji dalam serat Wedhatama)
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
(Agar jangan miskin budi pekerti)
Mangka nadyan tuwa pikun
(Padahal meskipun tua dan pikun)
Yen tan mikani rasa
(bila tak memahami rasa)
Yekti sepi sepa lir sepah asamun
(Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan)
Samasane pakumpulan
(Ketika dalam pergaulan)
Gonyak-ganyuk nglelingsemi.
(Terlihat bodoh memalukan)



Nggugu karsane priyangga,
(Menuruti kemauan sendiri)
Nora nganggo peparah lamun angling,
(Tanpa tujuan jika berbicara)
Lumuh ingaran balilu
(Tak mau dikatakan bodoh)
Uger guru aleman,
(Seolah pandai agar dipuji)          
 Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
(Namun manusia yang telah mengetahui akan gelagatnya)
Sinamun samudana,
(Malah merendahkan diri)
Sesadoning adu manis.
(Menanggapi semuanya dengan baik)
Si pengung nora nglegewa,
(Si bodoh tak menyadari)
Sangsayarda denira cacariwis,
(Semakin menjadi dalam membual)
Ngandhar-andhar angendukur,
(bicaranya ngelantur kesana-kemari)
Kandhane nora kaprah,
(Ucapannya salah kaprah)
Saya elok alangka longkangipun,
(Semakin sombong bicara tanpa jeda)
Si wasis waskitha ngalah,
(Si bijak mengalah)
Ngalingi marang sipingging.
(Menutupi ulah si bodoh)





PENYAKIT EBOLA


EBOLA

A.  Pengertian Ebola
EVD (Ebola Virus Disease) adalah sebuah penyakit berbahaya yang mengakibatkan kematian pada 90% penderitanya. Meskipun pengobatan dan vaksinnya belum ditemukan, Ebola dapat dicegah dengan berbagai tindakan. Wabah yang sedang berlangsung di Afrika Barat ini sedang ditangani dengan serius oleh WHO dan CDC dan telah dikategorikan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Eksperimen terhadap penyakit Ebola masih terus dilakukan dan dikembangkan, namun obat tersebut masih belum siap untuk dijual secara luas.
B. Sejarah Virus ebola
Virus ini pertama kali di temukan pada tahun 1976. Diduga korban meninggal karena terinfeksi virus akibat makan daging gorilla. Namun hipotesa ini tidak terbukti dengan sanggahan seharusnya kera dan gorilla banyak yang mati. Kemudian ilmuan menyatakan bahwa penyebabnya adalah kelelawar berdasarkan riset 276 kelelawar Banladesh yang di tangkap. Pola penyebarannya adalah kera dan manuisa memakan buah yang telah terkena air liur kelelawar atau bahkan hanya menyentuh buah yang sudah air liur kelelawar.
C.  Penyebab Ebola
Virus mungkin ditularkan melalui kontak melalui darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi (biasanya monyet atau kelelawar). Penyebaran lewat udara belum pernah tercatat dalam lingkungan alami. Kelelawar buah diyakini dapat membawa dan menyebarkan virus tanpa terjangkit. Begitu terjadi infeksi pada manusia, penyakit ini dapat menyebar pada orang lain di sekitar. Pria yang selamat dari penyakit ini dapat menularkannya lewat sperma selama hampir dua bulan. Pada proses diagnosis, biasanya penyakit lain dengan gejala serupa, seperti malaria, kolera dan demam berdarah virus lainnya harus dikecualikan terlebih dahulu. Untuk memastikan diagnosis, sampel darah diuji untuk antibodi virus, RNA virus, atau virus itu sendiri. Kesimpulannya bahwa penyakit Ebola penyebabnya bukan melaui udara namun di sebarkan melalui makanan.

D.  Gejala Ebola
Masa inkubasi, yaitu jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala pertama, penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan mulai terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasikan penyakit ini antara lain:
  • Serangan demam yang datang secara tiba-tiba.
  • Sakit kepala.
  • Merasa sangat lemas.
  • Nyeri pada otot dan sendi.
  • Sakit tenggorokan.
Setelah gejala-gejala di atas, akan muncul gejala lanjutan yang meliputi:
  • Muntah.
  • Ruam-ruam.
  • Gangguan fungsi hati dan ginjal.
  • Pendarahan dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung, mata, atau telinga.
Virus Ebola dapat menyebar dengan cepat dan sangat mematikan, jadi hindarilah kontak kontak langsung dengan penderita. Jika Anda menduga Anda atau ada anggota keluarga Anda tertular virus Ebola, segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan.





F. Pencegahan Ebola
. Langkah-langkah tersebut antara lain :
  • Menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain
  • Membaca dan mencari informasi mengenai pengenalan penyakit ini, dan bagaimana mencegahnya
  • Mempraktekan kebersihan tubuh, termasuk mencuci tangan dengan sabun, air mengalir atau dengan sanitizer berbasis alkohol
  • Berhati-hati ketika menangani barang-barang yang pernah dipegang oleh penderita Ebola, termasuk didalamnya pakaian, tempat tidur, jarum dan peralatan medis lainnya.
  • Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola, segera bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.
  • Saat menjenguk penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah perlindungan seaman mungkin. Misalnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta pakaian dan kacamata pelindung.
  • Jenazah penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
  • Hindari bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.
  • Memasak daging hewan sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
G.  Pengobatan Ebola
            Penyakit virus ebola tidak terdapat obat maupun vaksinnya pada saat ini. Sebagai gantinya, perawatan hanya dapat dilakukan untuk menstabilkan pasien. Perawatan dukungan yang dapat dilakukan antara lain :
  • Memberikan obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah
  • mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh
  • memberikan ekstra oksigen jika diperlukan
  • memberikan cairan infus intravenous untuk mencegah dehidrasi
  • merawat infeksi yang terjadi sebagai efek samping penyakit dan juga mencegah adanya infeksi lanjutan
Ø  Pengobatan virus Ebola:
Sampai saat ini, telah ditemukan vaksin untuk demam berdarah Ebola. Ada beberapa jenis vaksin yang telah diuji, tetapi tidak ada yang tersedia untuk penggunaan klinis. Sedangkan pasien yang menderita Ebola memerlukan perawatan lebih intensif karena pasien Ebola sering dehidrasi. Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia untuk saat ini, sebagai   terapi obat baru masih dievaluasi dan membutuhkan cairan melalui pembuluh darah. Oleh karena itu, saat ini untuk orang-orang yang terinfeksi Ebola tidak lama bertahan, karena terapi untuk virus Ebola belum tersedia.