Senin, 29 Februari 2016

RUKUN DAN SYARAT WAKAF

RUKUN DAN SYARAT WAKAF

Rukun wakaf di antaranya:
  • Orang yang memberikan Wakaf (Waqif)
  • Penerima Wakaf (Mauqul 'alaihi)
  • Barang yang di Wakafkan
  • Ikrar penyerahan wakaf kepada badan atau orang tertentu
  • Memiliki penuh harta itu
  • Beragama islam
  • Berakal dan balig
  • Dapat bertindak secara hukum

Syarat-syarat wakaf di antaranya :
  • Wakaf yang di serahkan berlaku untuk selamanya dan tidak ada paksaan
  • orang yang menerima wakaf jelas , baik berupa organisasi (Badan) maupun orang orang tertentu 
  • Wakaf tidak boleh ditarik kembali, baik oleh pelaku maupun ahli waris
  • barang yang di wakafkan berwujud nyata pada saat di serahkan
  • jenis ikrar dan penyerahannya. perlu tertulis dalam akta notaris sehingga tidak akan timbul masalah baru dari pihak keluarga yang memberi wakaf
  • ·          Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang yang tidak mampu dan sebagainya” tidak perlu qabul (jawab) kecuali yang bersifat pribadi (bukan bersifat umum)
  • ·         harta wakaf tidak boleh di pindah tangankan untuk kepentingan yang bertentangan dengan tujuan wakaf itu sendiri
  • ·         Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu (disebut takbid).
  • ·         Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang. Misalnya, “Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan datang”. Hal ini disebut tanjiz
  • ·         Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang yang diwakafkan (mauquf) itu

Harta yang di wakafkan

salah satu syarat wakaf adalah barang yang di wakafkan berwujud nyata. barang yang akan di wakafkan pun memiliki syarat. syarat barang yang di wakafkan adalah sebagai berikut:
  1. wujud barangnya tetap walaupun telah di gunakan , seperti tanah ,bagunan masjid , alat untuk keperluan salat (sarung atau karpet), dan lain sebagainya
  2. barang yang di wakafkan adalah milik sendiri dan hak miliknya dapat di pindahkan ke orang lain
  3. barang yang di wakafkan bukan barang haram atau najis
4.      barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya, berfaedah saat diberikan maupun dikemudian hari
5.      Milki sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan atau musya (bercampur dan tidak dapat dipindahkan dengan bagian yang lain.

Wakaf meskipun tergolong pemberian sunah, namun tidak bisa dikatakan sebagai sedekah biasa. Sebab harta yang diserahkan haruslah harta yang tidak habis dipakai, tapi bermanfaat secara terus menerus dan tidak boleh pula dimiliki secara perseorangan sebagai hak milik penuh. Oleh karena itu, harta yang diwakafkan harus berwujud barang yang tahan lama dan bermanfaat untuk orang banyak, misalnya:
a. sebidang tanah
b. pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya
c. bangunan masjid, madrasah, atau jembatan
Dalam Islam, pemberian semacam ini termasuk sedekah jariyah atau amal jariyah, yaitu sedekah yang pahalanya akan terus menerus mengalir kepada orang yang bersedekah. Bahkan setelah meninggal sekalipun, selama harta yang diwakafkan itu tetap bermanfaat. Hadits nabi SAW:
اِذَا مَاتَ ابْنَ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يَنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدِ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Berkembangnya agama Islam seperti yang kita lihatsekarang ini diantaranya adalah karena hasil wakaf dari kaum muslimin. Bangunan-bangunan masjid, mushala (surau), madrasah, pondok pesantren, panti asuhan dan sebaginya hampir semuanya berdiri diatas tanah wakaf. Bahkan banyak pula lembaga-lembaga pendidikan Islam, majelis taklim, madrasah, dan pondok-pondok pesantren yang kegiatan operasionalnya dibiayai dari hasil tanah wakaf.
Karena itulah, maka Islam sangat menganjurkan bagi orang-orang yang kaya agar mau mewariskan sebagian harta atau tanahnya guna kepentingan Islam. Hal ini dilakukan atas persetujuan bersama serta atas pertimbangan kemaslahatan umat dan dana yang lebih bermanfaat bagi perkembangan umat.

Barang yang diwakafkan dapat diganti dengan yang lebih baik. penggantian barang dalam wakaf ada dua macam yaitu :
  • Penggantian karena kebutuhan, misalnya barang wakaf berupa masjid dan tanahnya, apabila telah rusak dan tidak mungkin lagi di gunakan, maka tanahnya dijual untuk membeli barang lain yang dapat menggantikannya. hal ini di perbolehkan karena apabila barang asal sudah tidak dapat lagi di gunakan sesuai tujuan, maka dapat di ganti dengan barang lain
  • Penggantian karena kepentingan yang lebih kuat. hal ini di perbolehkan menurut imam Ahmad dan ulama lainnya. Imam Ahmad beralasan bahwa Umar bin Khattab r.a. pernah memindahkan masjid kufah yang lama ke tempat yang baru dan tempat yang sama itu di jadikan pasar bagi pejual kurma. ini adalah contoh penggantian barang wakaf berupa tanah. adapun penggantian barang wakaf berupa bangunan. Khalifah umar bin Khattab dan Usman bin Affan pernah membangun Masjid Nabawi tanpa mengikuti bentuk (bangunan) pertama dan memberi tambahan bentuk baru. oleh sebab itu, di perbolehkan mengubah bangunan wakaf dari bentuk lama ke bentuk yang baru asalkan menjadi lebih baik

HUKUM WAKAF


HUKUM WAKAF

Hukum wakaf pada dasarnya "jaiz" atau di perbolehkan, tidak bersifat mengikat. memerhatikan manfaat dan fungsinya yang sangat di perlukan untuk umat, maka hukum wakaf sangat di anjurkan (Sunnah). di mata Allah swt., wakaf di nilai sebagai bentuk amal jariah, artinya memiliki kebaikan dan pahala secara berkelanjutan.
1) Allah Berfirman

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

 “ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya “ (QS: Ali Imran Ayat: 92)

وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ....
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan “(QS: Al-Hajj Ayat: 77)

Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih berguna dan bermanfaat.
Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan dalam hadits:

اِذَا مَاتَ ابْنَ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يَنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدِ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ (رواه مسلم)
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Akan tetapi, harta wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits Nabi yang artinya: “Sesungguhnya Umar telah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah apakah perintahmu kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau menjawab: Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan petunjuk beliau itu, Umar menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak akan dijual tanahnya, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan.” (HR Bukhari dan Muslim)

HADITS TENTANG KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU


HADITS TENTANG KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU


بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat(HR. Bukhari no. 3461).
يَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ(رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان  
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
أَفْضَلُ النَّاسِ الْمُؤْمِنُ الْعَالِمُ الَّذِيْ إِنِ احْتِيْجَ إِلَيْهِ نَفَعَ وَإِنِ اسْتُغْنِيَ عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ (رواه البيهقي

Artinya:  “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”.(HR. Al-Baihaqi)

HADIST TENTANG KEUTAMAAN MAJELIS ILMU

           HADIST TENTANG KEUTAMAAN MAJELIS ILMU


إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
 “Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.”

مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ

Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.

HADITS TENTANG KEUTAMAN MENCARI ILMU


               HADITS TENTANG KEUTAMAAN MENCARI ILMU

حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ).
“Rasulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas”

مَا مِنْ خَارِجِ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَا ئِكَةُ اَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ
“Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya”